Dulu,
sewaktu masa masa sekolah, satu hal yang dapat kuingat adalah ketika telah
melewati sungai siak (melalui jembatan Leighton) berarti aku sudah cukup jauh
dari rumah. Salah satu sungai yang terbesar di Pekanbaru itu seolah merupakan
batas antara dua kota, Pekanbaru dan Rumbai… Masih dapat kuingat dengan jelas,
mesan yang kudapat ketika melintasi sungai itu melalui jembatan. Ketika horizon
langit terlihat biru menghampar, ada perasaan jauh dari rumah yang entah
mengapa membuatku sejenak menikmati perjalanan.
Ada
banyak hal yang mungkin dapat kuceritakan tentang sungai siak, dari yang mistis
seperti buaya putih, keangkeran sungai siaknya atau yang logis seperti
banyaknya muda mudi yang menghabiskan waktu dengan duduk duduk di tepi sungai
sambil menikmati jagung bakar.
Dalam wikipedia dikatakan bahwa, “Sungai Siak
adalah sebuah sungai
yang terletak di provinsi Riau, Indonesia. Merupakan sungai terdalam di Indonesia, yang
kedalamannya dahulu mencapai 30 meter, namun akibat pendangkalan kini
tinggal sekitar 18 meter.[1]
sehingga dahulunya sungai ini dapat dilalui oleh kapal-kapal besar seperti
kapal tanker dan kapal peti kemas. Pada sehiliran sungai ini
terdapat banyak pabrik di antaranya pabrik kelapa
sawit, pabrik pengolahan kayu dan juga pabrik kertas.”
Di Pekanbaru, bahkan
mungkin juga di Indonesia, sungai siak memang terkenal, meskipun sepertinya
tidak begitu memantik kebanggaan dari penduduk kota ini. Mungkin karena airnya yang kotor, atau karena bau limbah pabrik, atau karena ada orang orang yang memilih sungai ini untuk menghabisi hidup mereka, atau juga karena ada cerita cerita mistis yang menakutkan dari sungai ini.. entahlah. Paling tidak, itu menurutku...
Air Sungai Siak yang kelihatan Kecoklatan |
Saat
ini, sejak tanggal 2-4 Juni, sepertinya dengan tujuan untuk mendongkrak lagi
potensi pariwisata sungai siak, Pemerintah Kota Pekanbaru mengadakan Festival
sungai siak.
Dalam
laporannya, Republika.co.id menyatakan, “Festival
Sungai Siak 2016 digelar mulai tanggal 2 sampai 4 Juni, dimeriahkan berbagai
acara seperti parade perahu, lalu pentas seni dan tradisi, permainan
tradisional, pesta kuliner, pameran foto, lomba foto, lomba mengarang serta
lomba mewarnai.
Acara
itu mengambil lokasi di bawah Jembatan Siak III atau Jembatan Sultan Muhammad
Ali Abdul Jalil Muazzamsyah atau tepatnya di Rumah Singgah Tuan Kadi, Kelurahan
Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan. Terdapat puluhan stan bazar kuliner,
kerajinan atau lainnya dari usaha mikro, kecil dan menengah setempat pada
lokasi acara festival yang turut dihadiahi beberapa produk seperti kain tenun
dan kerajinan dari berbagai kegiatan lomba yang digelar.”
Yaa, begitulah, semoga
saja acara tersebut mampu menjadi cikal bakal peningkatan pariwisata di
Pekanbaru…
Pada hari ini, tanggal
3 Juni 2016, aku menyempatkan diri untuk melihat langsung festival itu. Dan
entah mengapa, menurutku, festival itu tidak terlalu ramai dikunjungi
masyarakat Riau…Atau mungkin, aku yang berada pada waktu dan tempat yang kurang tepat...
Festival Siak yang kurang ramai pengunjung |
Tempat Duduk di samping sungai siak dekat diadakannya Festival Siak |
Kalau yang ini lumayan ramai |
Ibu ibu yang menunggui dagagannya |
Parkirannya sih lumayan |
Tapi
setidaknya, upaya pemerintah untuk meningkatkan sector pariwisata kota
Pekanbaru melalui acara ini, harus diapresiasi dengan baik..
Udah,
mungkin gitu aja… Silahkan dinikmati sendiri gambar gambarnya..
#Para Sponsor |
#Para Sponsor |
Para Pedagang yang Meramaikan Festival Siak |
(Masih) Para Pedagang |
Silahkan menikmati liburan sambil menunggu ramadhan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar