Minggu, 24 Juli 2016

Salah Satu Strategi Pusat Perbelanjaan untuk Menggaet Pengunjung



            Telah beberapa hari aku tidak lagi meng-update blog ini,bisa karena malas, bisa karena ada hal lain yang lebih ingin kuprioritaskan.
            Sebelumnya, aku katakana sekali lagi bahwa sumber blog ini, inspirasi dari artikel yang aku tulis di blog ini adalah dari kegiatanku sehari hari, atau lebih tepatnya, dari tempat yang telah kukunjungi di hari itu. Dan jelas, tempat tempat itu terletak di Pekanbaru.
            Sore itu di hari sabtu, langit Pekanbaru terlihat biru. Atas permintaan istriku, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, kami mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota itu..
            OK, aku sebut saja, namanya Giant…
            Pusat perbelanjaan ini terletak di salah satu jalan protocol di kota ini, dulu namanya jalan nangka, namun setelah ada peraturan bahwa jalan jalan protocol di kota ini harus diubah menjadi nama pahlawan, jalan nangka ini kini berubah nama menjadi jalan tuanku tambusai.
            Sejak aku kuliah dulu, salah satu yang menjadi catatanku mengenai pusat perbelanjaan ini adalah caranya dalam menggaet pengunjung..
            Dulu, sewaktu tinggal di Depok (yang mungkin sama sama kita tahu bahwa pusat perbelanjaan di kota ini tersebar hampir disetiap titik jalan margonda, jalan paling terkenal di Depok) aku melihat bahwa Giant memiliki satu cara yang, menurutku, beda dalam menggaet konsumennya.
            Bukan hanya sekedar pernyataan sebagai pusat belanja termurah, namun, pusat perbelanjaan yang berada di bawah mall margocity ini menjanjikan bahwa akan mengganti selisih belanja anda, jika anda menemukan harga barang yang lebih murah ketika berbelanja di supermarket lain.
            Jadi, mereka ngak hanya memberikan janji, namun juga tantangan.
            Namun, jika kita berpikir lebih jauh, adakah orang yang akan balik lagi kesana, dengan membawa semua bukti yang dibutuhkan, hanya untuk meminta ganti dari selisih harga antara Giant dengan supermarket lain…?
            Namun, bagaimanapun, cara seperti ini telah berhasil menggaetku untuk beberapa kali datang ke tempat itu, walau hanya sekedar membli sabun atau indomie.
            Lain di Depok, lain juga di Pekanbaru…
            Persamaannya adalah Giant tetap memberikan satu cara berbeda dalam menggaet konsumennya…
            Coba perhatikan gambar berikut ini.
 
'Lambang' Supermarket Giant, bukan hanya menandakan keberadaannya, nmaun juga sekaligus promo fasilitasnya.
           Parkir Gratis… Itulah dua kata yang menjadi perhatianku. Berapakah harga sekali parker, seribu, dua ribu, tidak begitu besar jika dibandingkan nilai yang kita keluarkan. Namun, lagi lagi, Giant berhasil bermain main dengan psikologis pelanggannya.
            Kita sama sama tahu bahwa banyak, kalau memang bukan semuanya, orang yang kesal dengan keberadaan parkir liar, terutama yang tiba tiba datang ketika kita akan pergi dan setelah dibayar, mereka tidak melakukan apa apa untuk membantu kita keluar dari tempat parkir.
            Satu hal yang membuatku malas dalam mengunjungi salah satu toko buku terbesar dan paling terkenal yang di kotaku adalah toko buku itu mengenakan tarif parkir 2000 per jam.
            Dari iklan tempat parkir saja, Giant telah secara tidak langsung mengatakan kepada monsumennya bahwa kalian beruntung belanja disini..
            Walaupun mungkin, kata kata itu tidak sepenuhnya benar..
            Kedua, meskipun gedung itu milik Giant, namun dia tidak sendirian disana.. Dan inilah prinsip para kapitalis yang harus kuakui, cemerlang..
            Bagaimanapun mereka tidak ingin sendiri, mereka mengajak ‘yang lain’ untuk mau berkongsi bersama mereka…Sehinga, para konsumen yang berbelanja disana tidak pernah bosan dan mereka memiliki banyak pilihan.
            Sedikit cerita, di Pekanbaru, dulu pernah ada sebuah ‘warun bakso’ yang memasang iklan sangat luar biasa untuk menandakan berdirinya…  Menurutku, pendirinya telah menghabiskan ratusan juta hanya untuk iklan dan memberitahukan kepada khalayak ramai tentang keberadaannya. Setiap orang yang melintasi jalan Sudirman maupun Harapan Raya pasti mengetahui keberadaan warung bakso tersebut.
            Namun, dia hanya bertahan kurang lebih satu tahun… Bahkan mungkin tak sampai satu tahun.     Mengapa…??
            Apakah tidak enak…? Menurutku rasa baksonya lumayan, berbeda dengan dagangan bakso di tempat yang lain,  bahkan istriku yang sebenarnya kurang menggemari bakso, menyukai bakso di tempat tersebut.. Apakah tempatnya kurang strategis…? Menurutku juga tidak, warung bakso itu terdapat tepat di samping jalan Harapan Raya, salah satu jalan yang paling ramai di Pekanbaru… Selain itu, dibandingkan yang lain, warung bakso ini juga terkesan lebih mewah dengan harga yang relative murah.
            Lalu, kira kira, mengapa…?
            Melalui perbincangan singkat antara aku dan istriku, kami berpendapat bahwa ada satu hal penyebab warung bakso tersebut akhirnya tutup, selain mungkin karena factor pemiliknya.… Kurang variasi…
            Disana hanya menjual bakso.. Yups, hanya bakso.. Paling tambahannya tempe tahu dan kerupuk. Tidak ada mie ayam, atau pangsit, atau yang sejenisnya.. Minumannya pun hanya teh botol same ice lemon tea (teh botol juga sih).
            Jadi, begitulah, salah satu strategi dari supermarket giant, dia memiliki banyak teman yang bisa dia ajak untuk menggaet konsumen bersama. Mari kita lihat, apa aja yang ada disana, selain atm center.
J.CO, Partnernya Giant
Apotek Guardian, Partnernya Giant

Kelihatan kan tulisan 'Pojok Busana', di Giant, kita juga bisa beli baju
           Ada beberapa lagi yang belum sempat aku foto dan baru aku ingat keberadaannya saat menulis ini, salah satunya adalah restoran atau rumah makan cepat saji.
Oleh sebab itu, jika ke Giant, pelanggan bisa membeli kebutuhan sehari hari, beli obat obatan, beli 'cemilan' bahkan pergi makan...
Jadi, bukan hanya beli bakso... #eh
            Mungkin gitu aja, maaf maaf kalau salah.
           
           

Senin, 18 Juli 2016

Stadion Utama Riau: Kemegahan yang Terbengkalai



            Katanya Wiki, ( https://id.wikipedia.org/wiki/Stadion_Utama_Riau ) “Stadion Utama Riau adalah sebuah stadion serbaguna di Pekanbaru, Riau, Indonesia . Setelah selesai pada tahun 2012, maka akan digunakan terutama untuk pertandingan sepak bola dan akan menjadi tuan rumah upacara pembukaan dan penutupan Pekan Olahraga Nasional 2012. Stadion ini mampu menampung 44.000 penonton & menghabiskan dana hingga Rp 1,18 triliun .Stadion ini dibangun pada tahun 2009 dan akan selesai pada tahun 2012 sebelum pembukaan PON 18 2012 yang dilaksanakan di Riau.Stadion ini juga menjadi tempat Penyisihan Grup AFC U-22,Namun Kondisi Stadion ini sudah tidak jelas,selain kepemilikan Stadion yang tidak jelas,Stadion ini juga sudah tidak dirawat,bahkan sudah tidak ada pertandingan-pertandingan Sepak Bola yang dimainkan di Stadion Tersebut.”
Pada tanggal 6 Mei 2016, di dalam situs pekanbaru.tribunnews.com, ditulis sebuah judul “Dari Geng Motor Hingga Tempat Mesum, Stadion Utama Riau Bersemak dan Dikotori Sampah”
Kurang lebih, judul itu telah mewakili keadaan stadion utama Riau pasca diadakannya PON tahun 2012 kemarin.
            Pagi itu, tanggal 18 Juli 2016, karena ada satu keperluan tertentu, aku melewati lokasi staion utama tersebut.. Dari jalan SM Yamin, aku masuk Jl Naga Sakti tempat stadion itu berada, di depan jalan masuk, telah terlihat kesan tidak terurusnya tempat tersebut…
           
'Gerbang' Masuk Jalan Naga Sakti, Jalan masuk Stadion Utama, bisa kelihatan kan, kesan ngak diurusnya..?
            Jl Naga Sakti, terlihat berbeda dengan rata rata jalan yang ada di Pekanbaru, bahkan bisa kukatakan, berbeda dengan semua jalan yang ada di Pekanbaru, aspalnya terlihat bagus dan baru, view-pun terlihat bagus. Sepertinya (karena aku tidak tahu pastinya gimana) pembenahan jalan ini dikarenakan keberadaan stadion utama tersebut.. Dan disinilah bagiku muncul sebuah ironi, jika memang semua pembenahan dan perbaikan jalan naga sakti karena keberadaan stadion tersebut, mengapa stadion itu kini seolah ditelantarkan. 
Jl Naga Sakti
            Ketika berada di depan stadion tersebut, entah mengapa kesan diterlantarkan terasa begitu kuat.
            Gambar gambar ini, semoga lebih banyak dapat bercerita….
           
Pintu Gerbang Masuk Stadion(?)


            
Stadion Utama dilihat dari jalan
Bagian Depan Stadion
Ada yang tahu ini kemana..? Jalan di samping stadion yang ada pos penjaganya, tapi ngak ada yang jaga
Stadion Utama yang diambil dari posisi yang sama dengan gambar yang diatas.
Stadion Utama Riau dari Seberang Jalan

Mungkin itu aja, kita sama sama mengharapkan semoga saja Stadion Utama ini dapat diberdayakan lagi seperti yang seharusnya, bukan hanya sebagai tempat JJS, sekedar ngumpul dan nongkrong anak muda, ataupun lokasi car free day.
Stadion ini terlalu mahal jika hanya digunakan untuk itu... #Eh
#Peace.

Minggu, 17 Juli 2016

(Kuliner) Tempat Makan Prince Kitchen: Makan Sekaligus Nongkrong atau Nongkrong Sekaligus Makan



            Malam itu, sekitar pukul 11 malam, pesawat yang naiki baru saja mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh. Dari bandara, dengan menggunakan becak langganan, aku menuju tempatku menginap di daerah Banda Aceh (bandaranya terletak di Aceh Besar). Melalui perjalanan malam itulah, dipinggir pinggir jalan yang aku lewati, aku dapat menyaksikan sedikit tentang kehidupan malam masyarakat aceh. Dari yang dapat kulihat, malam menjelang dini hari tersebut, kedai kedai kopi terlihat ramai, bahkan dapat dikatakan membludak. Anak anak muda duduk berkelompok memenuhi kedai kedai kopi tersebut, bukan kedai kedai kopi ‘biasa’ seperti yang kita lihat dikampung kampung, tapi kedai kedai kopi yang terlihat lebih berkelas, “bisa sampai pagi pak…” begitu kata pengemudi becak yang kutimpangi dan melihat deretan motor yang ada di tempat itu, ak percaya.. Tempat ini tidak akan sepi satu atau dua jam lagi.
            Dari sanalah, aku dapat mengambil sedikit kesimpulan bahwa bisnis tempat makan sekaligus tempat nongkrong, tempat kaum muda mudi menghabiskan malam mereka, bercengkrama dengan teman teman mereka, adalah salah satu bisnis yang menjanjikan. Dan hal itu bukan hanya berlaku di Aceh.
            Barangkali, ada banyak tempat makan+nongkrong yang ada di Pekanbaru, namun setidaknya ada dua yang pernah kulihat, salah satunya bernama Dhapu Koffie, salah satu kedai kopi yang cukup mewah dan besar, yang sebelumnya pernah kutemui di Aceh dan juga pernah kukunjungi ketika bertugas di aceh, hanya saja, untuk yang di Pekanbaru aku belum pernah mengunjunginya.. Entahlah, aku juga tidak tahu apakah kedai koffie ini memiliki ‘induk’ yang sama dengan Dhapu Koffie di Aceh…
            Dan yang kedua, adalah tempat makan yang terletak dekat dengan rumahku dan setiap hari kulewati hanya saja, disebabkan karena rasa penasaran dan ingin coba coba, baru semalam tempat makan ini kudatangi.

            Tempat makan ini bernama Prince Kitchen, tempat makan yang baru saja dibuka di Pekanbaru beberapa saat menjelang Ramadhan 1437H kemarin. Sebuah tempat makan yang sejak baru akan dibangun hingga ramai seperti sekarang, selalu dapat kulihat. Kenapa…?? Karena memang tempat tinggalku melewati tempat makan itu.
            Lengkapnya, tempat makan ini terletak tepat di simpang antara jalan Harapan Raya (Jl. H Imam Munandar) dengan jalan bukit barisan, atau tepat di bagian depan jalan pesantren, Harapan Raya.
            Di depannya dapat dilihat bahwa tempat makan ini menyediakan ‘Kopi Roti Pisang Bakar’, jadi bisakah tempat makan ini dinamakan sebagai warung kopi…?? Entahlah. 
Selama pulan puasa kemarin, ketika pulang tarawih, tempat makan ini diisi oleh banyak pengunjung.. Jangan ditanyakan apakah mereka sholat tarawih atau tidak, aku sendiri tidak mengetahuinya. Sebagian dari pengunjung itu adalah anak anak muda yang sepertinya membutuhkan tempat untuk sekedar nongkrong bersama teman teman mereka.
Malam itu, hari minggu tanggal 18 Juli 2016, sekitar pukul 8 malam, aku bersama istri mengunjungi tempat makan itu. 

             
Tempat duduknya tersusun rapi dan terlihat mewah olehku, dan sejujurnya, aku agak ragu dengan harganya.. Setelah duduk diatas salah satu kursi yang ada disana, seorang pelayan mendatangi kami dan menyerahkan daftar makanan dan minuman yang ada disana. Jelas dong, yang pertama kali yang kulihat adalah daftar harganya, tidak terlalu mahal memang, namun juga tidak murah. Hanya saja, agak tidak normal menurutku. Mungkin memang, yang dijual disini bukan hanya makanannya, namun juga suasana dan waktu buat nongkrongnya.

'Layar Besar' yang jadi tontonan pengunjung
            Ditambah lagi, di tempat itu juga terdapat ‘layar besar’ yang sedang mempertontonkan pertandingan balap motor, ini juga menurutku salah satu nilai jualnya.. Dan pernah juga sekali atau dua kali, aku melihat live music diadakan di tempat ini.
            Ketika cukup lama duduk, barulah pesenan kami datang. Ayam penyet yang aku pesan rasanya biasa aja, sedang bihun goreng seafood yang dipesan oleh istriku rasanya lumayan. Aku menyukai capuccinonya yang aku pesan dan no coment untuk teh tarik yang dipesan istriku.. o iya, dari sini aku mendapat satu tips bagi pasangan yang ingin nge date dengan pasannya di tempat makan. Pesanlah makanan dan minuman yang berbeda, agar kita dapat mencicipi semuanya..
            Dan tanpa terasa, kami keluar dari tempat itu menjelang pukul setengah sepuluh malam.Kalau menurut aku pribadi, tempat ini lebih cocok di jadikan tempat nongkron dari pada tempat makanan, paling makanannya hanya dijadikan buat teman nongkrong aja..
            Udah dulu, mungkin gitu aja..  
Daftar Menu dan Lambang 'Prince' di Meja
 
Nasi dan Ayam Penyet (+ irisan timun dan selada dikit banget #ups) yang udah aku campur bihun punya istri.
 
Bihun Goreng Seafood
 
Cappucino
 
Teh Tarik
PS: Aku ngak ada kerjasama dan ngak dapat bayaran dari tempat makan ini dan juga sekaligus ngak minta izin sih.. semoga saja ngak ada masalah nantinya.