Malam
itu, sekitar pukul 11 malam, pesawat yang naiki baru saja mendarat di Bandara
Sultan Iskandar Muda Aceh. Dari bandara, dengan menggunakan becak langganan,
aku menuju tempatku menginap di daerah Banda Aceh (bandaranya terletak di Aceh
Besar). Melalui perjalanan malam itulah, dipinggir pinggir jalan yang aku
lewati, aku dapat menyaksikan sedikit tentang kehidupan malam masyarakat aceh.
Dari yang dapat kulihat, malam menjelang dini hari tersebut, kedai kedai kopi
terlihat ramai, bahkan dapat dikatakan membludak. Anak anak muda duduk
berkelompok memenuhi kedai kedai kopi tersebut, bukan kedai kedai kopi ‘biasa’
seperti yang kita lihat dikampung kampung, tapi kedai kedai kopi yang terlihat
lebih berkelas, “bisa sampai pagi pak…” begitu kata pengemudi becak yang
kutimpangi dan melihat deretan motor yang ada di tempat itu, ak percaya..
Tempat ini tidak akan sepi satu atau dua jam lagi.
Dari
sanalah, aku dapat mengambil sedikit kesimpulan bahwa bisnis tempat makan
sekaligus tempat nongkrong, tempat kaum muda mudi menghabiskan malam mereka,
bercengkrama dengan teman teman mereka, adalah salah satu bisnis yang
menjanjikan. Dan hal itu bukan hanya berlaku di Aceh.
Barangkali,
ada banyak tempat makan+nongkrong yang ada di Pekanbaru, namun setidaknya ada
dua yang pernah kulihat, salah satunya bernama Dhapu Koffie, salah satu kedai
kopi yang cukup mewah dan besar, yang sebelumnya pernah kutemui di Aceh dan
juga pernah kukunjungi ketika bertugas di aceh, hanya saja, untuk yang di
Pekanbaru aku belum pernah mengunjunginya.. Entahlah, aku juga tidak tahu
apakah kedai koffie ini memiliki ‘induk’ yang sama dengan Dhapu Koffie di Aceh…
Dan
yang kedua, adalah tempat makan yang terletak dekat dengan rumahku dan setiap
hari kulewati hanya saja, disebabkan karena rasa penasaran dan ingin coba coba,
baru semalam tempat makan ini kudatangi.
Tempat
makan ini bernama Prince Kitchen, tempat makan yang baru saja dibuka
di Pekanbaru beberapa saat menjelang Ramadhan 1437H kemarin. Sebuah tempat makan
yang sejak baru akan dibangun hingga ramai seperti sekarang, selalu dapat
kulihat. Kenapa…?? Karena memang tempat tinggalku melewati tempat makan itu.
Lengkapnya, tempat makan ini terletak tepat di simpang antara jalan Harapan Raya
(Jl. H Imam Munandar) dengan jalan bukit barisan, atau tepat di bagian depan
jalan pesantren, Harapan Raya.
Di
depannya dapat dilihat bahwa tempat makan ini menyediakan ‘Kopi Roti Pisang
Bakar’, jadi bisakah tempat makan ini dinamakan sebagai warung kopi…??
Entahlah.
Selama pulan puasa
kemarin, ketika pulang tarawih, tempat makan ini diisi oleh banyak pengunjung..
Jangan ditanyakan apakah mereka sholat tarawih atau tidak, aku sendiri tidak
mengetahuinya. Sebagian dari pengunjung itu adalah anak anak muda yang
sepertinya membutuhkan tempat untuk sekedar nongkrong bersama teman teman
mereka.
Malam itu, hari minggu
tanggal 18 Juli 2016, sekitar pukul 8 malam, aku bersama istri mengunjungi
tempat makan itu.
Tempat
duduknya tersusun rapi dan terlihat mewah olehku, dan sejujurnya, aku agak ragu
dengan harganya.. Setelah duduk diatas salah satu kursi yang ada disana,
seorang pelayan mendatangi kami dan menyerahkan daftar makanan dan minuman yang
ada disana. Jelas dong, yang pertama kali yang kulihat adalah daftar harganya,
tidak terlalu mahal memang, namun juga tidak murah. Hanya saja, agak tidak
normal menurutku. Mungkin memang, yang dijual disini bukan hanya makanannya,
namun juga suasana dan waktu buat nongkrongnya.
'Layar Besar' yang jadi tontonan pengunjung |
Ditambah
lagi, di tempat itu juga terdapat ‘layar besar’ yang sedang mempertontonkan
pertandingan balap motor, ini juga menurutku salah satu nilai jualnya.. Dan
pernah juga sekali atau dua kali, aku melihat live music diadakan di tempat
ini.
Ketika
cukup lama duduk, barulah pesenan kami datang. Ayam penyet yang aku pesan
rasanya biasa aja, sedang bihun goreng seafood yang dipesan oleh istriku
rasanya lumayan. Aku menyukai capuccinonya yang aku pesan dan no coment untuk
teh tarik yang dipesan istriku.. o iya, dari sini aku mendapat satu tips bagi
pasangan yang ingin nge date dengan pasannya di tempat makan. Pesanlah makanan
dan minuman yang berbeda, agar kita dapat mencicipi semuanya..
Dan
tanpa terasa, kami keluar dari tempat itu menjelang pukul setengah sepuluh
malam.Kalau menurut aku pribadi, tempat ini lebih cocok di jadikan tempat nongkron dari pada tempat makanan, paling makanannya hanya dijadikan buat teman nongkrong aja..
Udah
dulu, mungkin gitu aja..
Nasi dan Ayam Penyet (+ irisan timun dan selada dikit banget #ups) yang udah aku campur bihun punya istri. |
PS: Aku ngak ada kerjasama dan ngak dapat bayaran dari tempat makan ini dan juga sekaligus ngak minta izin sih.. semoga saja ngak ada masalah nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar