Selasa, 12 Juli 2016

Menanti Senja di Halaman Mesjid Agung An Nur

           Buatku, ada banyak makna yang kudapati ketika sinar sang surya mulai meredup menjelang senja. Pijar cahayanya yang lembut dan birunya langit yang perlahan memudar, kembali memberikan penegasan bahwa waktu, kembali, tak mungkin dapat dihentikan. Senja seolah memberikan pertanda bahwa kita harus segera ‘pulang’, menutup sejenak lembaran yang tadi kita buka dan kita tulisi kisah kisah kehidupan yang memang tidak semuanya menyenangkan, namun tetap dapat kita petik pelajaran. *Curcol dikit sebelum masuk ke pembahasan.
            Sore itu, untuk mengantisipasi kegemukan setelah lebaran, aku kembali menuju halaman mesjid agung An Nur untuk berolahraga. Mengingat usiaku yang telah 30 tahun dan kemajuan perut yang tidak seharusnya, olahraga yang kulakukan bukanlah olahraga 'berat'… Hanya lari beberapa meter, jalan, lari lagi beberapa meter, kemudian jalan lagi. Setelah itu duduk untuk beberapa lama, sambil mengambil nafasku yang terasa sesak karena olahraga yang tidak seberapa tadi. 
Percayalah, ketika kita tidak bisa menjaga pola makan ketika masih muda, termasuk juga pola hidup dan pola tidur, kau akan merasakan tidak enaknya kegemukan ketika telah beranjak tua.
            Aku masih 30 tahun, namun staminaku sudah sangat memprihatinkan…
            Ok, back to topic dan lupakan sejenak masalah perut.
         Hari minggu itu ketika sore hari menjelang senja pada 10 Juli 2016, hari minggu pertama setelah lebaran 1437H, halaman mesjid Agung An-Nur di kunjungi oleh beberapa orang. Iya, hanya beberapa, tidak begitu banyak orang. Tidak seperti biasanya ketika sebelum sebelumnya aku masih sering mengunjungi tempat ini untuk berolahraga.
          Ada beberapa hal yang barangkali menyebabkan lapangan mesjid agung ini sepi pada hari minggu itu. Pertama, mungkin orang orang masih belum pulang dari mudik mereka, mungkin juga karena masih ada yang bersilaturrahim ke rumah saudara mereka, mungkin mereka telah menemukan tempat jogging yang lain, atau mungkin juga terkait kebijakan dari pengurus mesjid agung ini…
            Yang terakhir inilah yang akan aku bahas saat ini.
          Sudah pernah kusinggung sebelumnya, entah resmi atau tidak, mesjid agung An-Nur telah menjadi semacam Islamic center di Pekanbaru, atau paling tidak, begitulah dalam pandanganku. Dapat kukatakan, tidak ada masyarakat Pekanbaru yang tidak mengenal mesjid ini. Ditambah lagi halamannya yang luas dan asri untuk dijadikan tempat berolahraga menjadikan mesjid semakin popular bagi warga Pekanbaru pada khususnya. 
Ada positifnya hal ini, namun juga tidak menutup kemungkinan akan ada dampak negatifnya.
            Sebagai sebuah wilayah yang dapat dan ingin dikunjungi banyak orang, ‘kesucian’ wilayah mesjid agung ini harus lebih diperhatikan. Salah satu cara yang dilakukan pengurus mesjid adalah menyeleksi siapa saja yang mengunjungi mesjid agung itu…
            Peraturannya adalah, bagi yang perempuan muslimah harus mengenakan jilbab, sedangkan perempuan non muslim paling tidak harus menggunakan penutup kepala seperti topi.. Ditambah juga, bagi kaum perempuan tidak boleh menggunakan pakaian ketat.. Sedangkan bagi kaum pria, tidak boleh mengenakan celana pendek.
         Bukan itu aja, bagi para pengunjung dari luar kota Pekanbaru dan sengaja mengunjungi mesjid agung an Nur untuk sekedar berwisata, diperintahkan untuk stand by di dalam mobil, tidak boleh keluar dari mobil jika pakaiannya tidak sesuai dengan peraturan yang dicanangkan pengurus mesjid.
         Peraturan inilah yang mungkin secara tidak langsung membuat orang orang malas mengunjungi tempat ini.. Selain itu juga, untuk memberi penegasan pada peraturan ini, petugas satpam yang bertugas menjaga lapangan parkir akan ‘mengusir’ pengunjung yang datang dengan tidak mengikuti peraturan itu..  
            Satu sisi, memang ada yang menganggap ini berlebihan, ‘terlalu banyak peraturan’ itu kurang lebih komentar dari salah seorang pengunjung yang tidak sengaja kudengar.. Pengunjung ini memang memakai jilbab, atau lebih tepatnya selendang, namun dengan celana ketat. Ketika peraturan yang beberapa kali di suarakan lewat pengeras mesjid itu di dengarnya, dia sepertinya bersiap siap ingin pulang.
            Namun, disisi yang lain, kesucian wilayah mesjid itu menurutku memang harus dijaga. Dan sebuah peraturan, tanpa ketegasan, hanya memberi peluang untuk dilanggar..
          Jadi, yaa, semoga saja pengurus mesjid agung ini tetap istiqomah untuk terus menjaga ‘kesucian’ wilayah mesjid tersebut…

 
Bermain Sepakbola (tidak ada yang bercelana pendek, cuma digulung
 
Sepi (tapi) Alhamdulillah, Syar'i.

Bayang Bayang Senja yang memburam dalam keheningan (masih sepi)
 Bagi yang ingin mengunjungi tempat ini, dalam waktu yang 'normal' pintu gerbangnya akan selalu terbuka, in syaa Allah. Tapi jangan lupa, pakaiannya yang syar'i ya.. Mari sama sama kita hormati lingkungan rumah Allah ini dengan pakaian yang diperintahkanNya..
 Udah, gitu aja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar