Mungkin
karena faktor udah lama ngak nulis ditambah lagi nulisnya bukan di laptop
sendiri, membuat ide terasa rada rada mampet.. Memang, seperti kata Newton,
sebuah benda akan terus mempertahankan keadaan dasarnya (a.k.a lembam),
maksudnya, yang diam akan terus diam dan yang bergerak monoton akan terus seperti
itu, kecuali ketika dikenakan gaya luar kepadanya. Ketika gayanya positif, dia
akan bergerak ‘maju’, namun ketika gayanya negatif, dia akan bergerak ‘mundur’..
Aku
berharap, semoga saja segelas kopi radix dan sisa sisa kue lebaran, dapat
menjadi sebuah gaya positif yang membuatku bergerak untuk ‘memajukan’ blog ini.
Pekanbaru…
4 hari setelah puasa terakhir di tahun 1437 H. Mendung menyelimuti langit di
pagi ini, apakah nanti akan turun hujan atau justru mentari akan panas
menyengat, seperti yang kuingat di akhir akhir ramadhan kemarin. Tidak ada yang
bisa memastikan, bukan… Kita hanya perlu menunggu dan menyaksikan, kemudian
bersyukur atau bersabar atas semua keadaan.
Dalam
4 hari ini, seperti seorang yang memiliki keluarga besar pada umumnya, aku
telah pergi ke beberapa tempat yang mana kebanyakan dari tempat tempat itu
adalah tempat tinggal dari saudara istriku, selain itu aku juga menyempatkan
diri mengunjungi makam ayah yang telah tiga kali lebaran tidak bersama kami. Dalam
4 hari ini aku mulai menyadari, dibalik penduduk pekanbaru yang bertambah
ramai, masih ada beberapa titik di kota pekanbaru yang belum tersentuh
pembangunan, yang masih bisa dikatakan hijau dan rindang, sesuatu yang
sebenarnya aku syukuri.
Dan
semoga saja, hingga beberapa tahun kedepan, tempat tempat yang terlihat ‘hijau’
ini, masih ‘sehijau’ ini, setidaknya dapat sedikit mengobat lelah dan menitipkan
sedikit kedamaiaan alam..
Memang,
dari dulu, menyusuri jalanan kota pekanbaru, menatap langitnya yang biru, serta
menikmati warna yang dihadirkan sang surya ketika beranjak tenggelam adalah
salah satu kegemaranku. Sesuatu yang sederhana sebenarnya, namun mampu
memberikan makna tertentu dalam kehidupanku…
Ini beberapa gambar yang sempat aku ambil. Karena satu dan lain hal, dua dulu aja, nanti disambung lagi.. In Syaa Allah.. :)
Masih banyak lagi jalanan di Pekanbaru yang menawarkan panorama hijau seperti ini, meskipun yang terlihat biru hanya langitnya tanpa ada pesona biru pegunungan maupun lautan.. Namun, itulah Pekanbaru. Rumahku. Tempat aku dilahirkan dan kemudian beranjak dewasa.. Mungkin karena itulah, selalu ada yang bisa kubanggakan dari kota ini..
Udah dulu, gitu aja...
Ini beberapa gambar yang sempat aku ambil. Karena satu dan lain hal, dua dulu aja, nanti disambung lagi.. In Syaa Allah.. :)
Menuju TPU Payung Sekaki Pekanbaru |
Salah satu jalan kampung di tangkerang timur |
Salah satu Jalan Kampung di tangkerang Timur |
Udah dulu, gitu aja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar