Hari
itu, dalam kunjunganku kesana, karena memang harus masuk kantor, tidak cukup setengah jam aku berada di
dalam perpustakaan itu. Aku keluar dari pintu yang berbeda dari tempat masuk
tadi, tujuannya memang melihat lagi bagian bagian lain yang ada di perpustakaan
itu. Selasar selatan itu tampak lengang, seperti biasa, berbeda dengan bagian
utaranya yang memang lebih menarik bagi para pengunjung untuk bermain laptop
atau sekedar berdiskusi dengan teman teman mereka.
Di
gedung yang berbeda dengan gedung utama perpustakaan itu, yang bersebalahan dengan gedung utama perpustakaan, terdapat Auditorium H
Wan Ghalib. Tempat kerja aku saat ini, pernah mengadakan di ruangan ini, sebuah ruangan
serba guna dengan beberapa kursi yang terletak di dalamnya.
Lambang nama Auditorium |
Dan
di lantai bawah di luar gedung, terdapat beberapa hal yang dapat kita jadikan
catatan. Ada seorang pelukis yang sedang melukis karyanya. Ada juga beberapa
benda yang dibuat berdasarkan pada teori teori fisika dasar.
Sang Pelukis |
Beberapa benda yang dibuat berdasarkan hukum fisika dasar |
O
iya, tidak ketinggalan juga, di wilayah perpustakaan ini juga terdapat sebuah
mushola yang bernama al Iqra, mushola yang cukup kecil sebenarnya, namun
cukuplah untuk sholat beberapa orang. Namun yang juga perlu menjadi catatan, di
mushola ini hanya ada tempat berwudhu, tidak ada toilet.. Jadi, kalau ada yang
ingin buang hajat, harus masuk dulu kebagian dalam perpustakaan…
Mushola |
#Sebuah
kritik
Seperti
semua hal yang merupakan hasil dari pemikiran manusia, pasti punya
kekurangannya… Perbaikan dari kekurangan itu dimulai dari kemampuan dan kemauan untuk
mendengarkan kritik dengan kepala dingin dan hati yang lapang, ditambah kecenderungan itu selalu membuka ruang perbaikan. Kritik inilah
yang ingin aku sampaikan disini, pada tulisan ini.
Suatu
hari,entah beberapa bulan yang lalu, ketika aku datang ke perpustakaan sekitar
pukul 8 pagi, lewat sedikit dari jam 8 pagi dan seperti yang kuduga, perpustakaan
itu masih tutup. Pukul setengah Sembilan pagi, perpustakaan itu masih belum
dibuka. Barulah, sekitar 15 menit kemudian, petugas perpustakaan mempersilahkan
kami masuk. Namun, ketika aku naik dilantai satu, ada seorang bapak yang
mengeluh, “cepat betul dibukanya (perpustakaan)”. Aku agak geli mendengar itu,
namun memilih untuk tidak berkomentar. Cuma, muncul pertanyaan bagiku, bukankah
mereka pns (?) yang jam masuknya pukul 07.30? Lalu mengapa harus menunggu
sampai pukul setengah Sembilan lewat untuk membuka perpustakaan. Bersih
bersih..? Atau perlu waktu untuk menyusun kembali buku buku…?? Bukankah itu
bisa dilakukan beriringan dengan masuknya para pengunjung perpustakaan… Selain
itu, sejujurnya, secara aturannnya, aku tidak tahu kapan sebenarnya perpustakan
itu harusnya dibuka… Ada yang bisa konfirmasi…? Berbeda dengan jam keluarnya…
Di salah satu tiang yang menempel pada dinding bangunan, pihak perpustakaan
menegaskan bahwa jam tutup perpustakaan adalah jam 4 sore.
Penegasan tentang jam tutup perpustakaan |
Di
salah satu situs berita online inforiau.com, pada tanggal 07 Juli 2015 pernah
juga dimuat berita mengenai tidak puasnya para pelanggan perpustakaan terhadap
pelayanan para petugas perpustakaan itu, seperti tidak mudah senyum, atau
seperti juga keluhan mengenai fasilitas perpustakaan berupa surat kabar yang
tak update dan peletakkannya yang tidak rapi… Aku sendiri tidak
mempermasalahkan ini, karena bagiku, masalah ketidakramahan adalah tentang
persepsi atau bersifat kasuistik, mungkin mereka lagi lelah atau belum sarapan
atau ada sebab lainnya. Koran yang tidak update dan letaknya yang tidak rapi,
mungkin tidak sepenuhnya salah mereka…
Namun,
yang ingin kujadikan catatan adalah, alangkah lebih baiknya jika perpustakan
ini buka lebih lama, kalau bisa sampai malam #ngarep… Siapa yang jaga? yaah,
mungkin pemprov bisa mencari pekerja honor dari para mahasiswa atau
pihak lain yang mungkin membutuhkan ‘tambahan’ untuk dia dan keluarganya.
Dananya..? Ini yang aku ngak bisa jawab…
Bagaimanapun,
tidak berlebihan kalau aku katakan bahwa perpustakaan Soeman HS ini adalah salah
satu masterpiece dari pemerintah Riau, sesuatu yang pantas untuk dibanggakan,
paling tidak dalam skala nasional. Agak disayangkan aja, kalau pengurusannya
jauh dari kesan professional.
Semoga tulisan ini sampai ke pihak yang punya
wewenang dan kesempatan untuk memperbaiki ‘bangunan megah’ masyarakat riau
ini..
Udah,
gitu aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar