Sabtu, 28 Mei 2016

TPU di Pekanbaru



            Pertama kali mengenal tempat ini adalah ketika mengantarkan ayahku kesini, disuatu sore tanggal 27 Mei dua tahun yang lalu. Sebuah kisah sendu diperkenalan pertamaku dengan tempat ini, namun, adakah kisah indah yang terjalin disini, kalaupun ada, yang pasti bukan kisah tentang diriku.
            Tempat ini, yang terletak di daerah payung sekaki kecamatan tampan, berjarak sekitar 30-45 menit perjalanan dari tengah kota Pekanbaru, jarak yang cukup jauh sebenarnya karena jalan yang menuju tempat ini tidak begitu ramai dengan arus kendaraan, juga minim belokan.
            Namun, barangkali, karena jarak yang cukup jauh itulah, tempat ini dipilih untuk menjadi tempat pemakaman umum, rumah terakhir bagi jasad jasad tak bernyawa, yang ruh mereka telah kembali kepada yang memilikinya.
            Hari ini, Sabtu tanggal 28 Mei 2016, sekitar jam 7 pagi, aku dan istriku keluar dari rumahku dan menuju tempat ini. Kembali menziarahi makam ayah yang telah lebih dari setahun tidak kukunjungi. Jalanan tidak begitu ramai pagi itu, cahaya mentari pun bersinar lembut, bergerak cepat menembus kabut yang menghiasi langit kota Pekanbaru. Dari Jalan Sudirman, aku berbelok ke kiri memasuki jalan Cempedak berbelok ke jalan Taskurun dan kemudian tembus ke Jalan tuanku tambusai, tepat di depan pasar cik puan (dulu dikenal dengan loket) dengan kemacetan yang telah menjadi potret keseharian daerah itu.
            Memasuki jalan Tuankutambusai, aku langsung berbelok ke kiri, terus melaju, menuju perempatan mall SKA, terus bergerak lurus,  hingga ke perempatan jalan siak 2 dan SM Amin, melewati terminal AKAP yang sepi dan terus maju.
            Sekitar pukul 8 pagi, kami telah tiba di tempat tujuan. TPU tersebut masih sepi pagi itu, hanya terlihat 2 atau 3 keluarga yang sedang berziarah ke makam salah satu anggota keluarganya dan kami pun menuju makam yang ingin kami ziarahi, makam ayahku, yang telah menjadi tempat terakhirnya selama dua tahun lebih satu hari ini.
            Ada keharuan yang kurasakan, ada setitik kerinduan yang mendadatang datang dan aku pun terdiam, menikmati suasana pagi yang menawarkan keheningan.
            Hanya sekitar setengah jam kami disana dan setelah memutuskan untuk pulang, aku menyempatkan diri mengambil gambar gambar seperti ini… In syaa Allah ngak ada penampakan macam macam…   

Gerbang Depan TPU Payung Sekaki
 
Barisan Makam yang Terlihat Rapi

Makam dilihat dari dekat
 
Makam yang Ditandai dengan Nomor

Adek Kecil Penjual Bunga di Depan TPU
 
Pulang: Menuju (kota) Pekanbaru
Setelah dari sana, istri aku meminta untuk singgah di makam adiknya di daerah Tangkerang Labuai Pekanbaru.
            Sesampainya disana, kami langsung diganggu oleh beberapa orang yang mencoba mengais ngais rezeki dengan memanfaatkan moment orang orang pergia berziarah menjelang ramadhan. Hampir semua dari mereka, menjual bunga yang kami tolak membelinya, masalahnya memang ngak butuh sih, namun ada juga ibu ibu yang jadi tukang parker mendadak, ada juga anak anak yang membawa sabit untuk membantu membersihkan makam yang dikunjungi para peziarah, ada juga beberapa anak laki laki yang membawa cangkul dengan tujuan yang sama dengan anak anak pembawa sabit.
            Memang, ketika diperhatikan TPU ini, mengingat TPU di Labuai ini yang lebih lama  dibandingkan TPU Payung Sekaki, makam makam yang berjejer jauh lebih rapat dan padat dibandingkan TPU Payung Sekaki dan juga sangat berantakan, hampir tidak ada celah untuk melangkah.
            Kira kira, beginilah penampakannya.

 
Pemakaman yang Lebih Rapat
 
Rapat dan Padat
'Petugas' Pembersih Makam
 
(Masih) Petugas Pembersih Makam


  Segitu aja perjalananku mengunjugi dua TPU yang ada di Pekanbaru, satu TPU di Payung Sekaki yang terlihat  rapi dan satu lagi TPU di Tangkerang Labuai yang lebih padat dan sedikit tidak terurus.
Ok, mungkin gitu aja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar