Tahun
2015 kemarin, piala Adipura lepas dari kota Pekanbaru. Seperti yang dikabarkan
oleh jaringan berita online riauheadline.com, walikota pekanbaru menyatakan
lepasnya piala adipura dari kota pekanbaru adalah dikarenakan criteria criteria
piala adipura tersebut saat ini ditingkatkan, dia juga menambahkan, masih dalam
media yang sama, “Saat ini hanya pemerintah saja yang baru komitment dalam
menjaga kebersihan setiap harinya, sementara masyarakat masih belum mau
berkomitment untuk itu, maka inilah yang harus kita tingkatkan lagi.” Sedangkan
dalam media yang lain, riau12.com, dikutip perkataan Rahmad seorang warga
daerah tampan yang menyatakan, “kalau piala adipura lepas dari kota pekanbaru,
itu wajar, karena selama ini yang berusaha keras membersihkan kota hanyalah
pemerintah dengan menghabiskan milyaran rupiah untuk membuat kota ini selalu
bersih, sementara masyarakatnya membuang sampah sembarangan dan acuh tak acuh
dengan semua himbauan pemerintah”.
Tidak dijelaskan di
media itu siapa Rahmat dan apa pekerjaannya serta apa kepentingannya terhadap
semua itu, namun jelas, ada satu pertanyaan yang tersisa, benarkah masyarakat
pekanbaru yang paling bertanggung jawab terhadap hilangnya piala adipura dari
kita Pekanbaru.
Katanya wiki, Adipura
adalah sebuah penghargaan bagi kita di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan
serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggerakan oleh Kementrian
Negara Lingkungan Hidup. Istri aku sendiri yang bekerja di badan lingkungan
hidup kota Pekanbaru juga menyatakan hal yang senada, partisipasi masyarakat
dalam menjaga kebersihan kota pekanbaru juga perlu dievaluasi lagi dan menjadi
salah satu parameter negative yang menyebabkan piala adipura lepas dari kota
ini.
Lalu bagaimana
kenyataannya, terus terang, melihat apa yang terjadi dilapangan, aku sendiri
rada rada setuju dengan semua pernyataan yang aku kutip diatas, seperti contoh,
bisa dipertimbangkan gambar gambar berikut ini.
Kumpulan Sampah di Jl Keliling Tangkerang Timur... |
Lalu, bagaimana
solusinya…?
Ada sebuah hal menarik disini. Dulu, di ujung jalan Harapan Baru (dekat Harapan Raya) di samping toko pembuatan plat cantik, sampah pernah berserakan disana... Sebelumnya, perbuatan ini direstui oleh 'pemerintah' setempat, namun lama kelamaan, semakin banyak orang yang membuang sampah pada waktu waktu yang tidak ditentukan, ini tentu saja membuat tidak nyaman sang pemilik toko disampingnya... Kini, orang orang tidak lagi membuang sampah disana, mengapa...?? Karena ada yang mempercantik tempat ini dengan meletakkan beberapa tanaman disana (maaf, aku tidak ada fotonya). Mungkin, itu salah satu solusi yang dapat dicoba.
Namun, solusi utama dari permasalahan yang cukup 'populer ini' adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat dan ini juga yang sebenarnya paling sulit. Sepertinya, membuang sampah di tempat pembuangan sampah buatan, yang
mereka buat sendiri tanpa menggunakan parameter parameter baku yang harus
disepakati dengan pihak berwenang, telah dianggap sebagai sebuah perbuatan yang
dapat dibenarkan… Mengubah persepsi masyarakat bukanlah sebuah perkara mudah,
namun tetap harus dilakukan. Kedua, ujung ujungnya, memang pemerintahlah yang
sama sama kita harapkan dapat berperan
proaktif dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Sebagai contoh, meletakkan
tempat tempat sampah ‘legal’ yang bukan hanya di jalan jalan besar, namun juga
di jalan jalan kecil dekat pemukiman warga. Serta, menjadikan mobil mobil
pengangkut sampah milik pemerintah untuk masuk ke jalan jalan dekat pemukiman
warga tersebut.
Memang, semuanya butuh
proses dan tentu saja, kesadaran bersama demi kebersihan kota kita.
Udah, gitu aja.
Bagi para pembaca yang 'tertarik' dengan masalah ini, bisa menyertakan foto tumpukan sampah di daerahnya #ngarep. Semoga 'pesan' ini sampai di pihak yang berwenang dan ada tindakan konkritnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar